Kamis, 02 Juli 2020
Capuchino Panas
Disuatu sore, kamu mengajakku berkeliling kota. Kita berhenti di sebuah pertepian jalan raya. Kamu menawarkan duduk dibawah pohon.
Sepanjang jalan itu ada beberapa pemilik warung kopi, kamu memesan capuchino panas untuk dirimu sendiri dan aku.
Dalam perbincangan sore itu, banyak sekali keresahan yang kita bahas. 'Kamu alergi udang' aku sangat suka sekali dengan udang. 'Kamu alergi bulu kucing' aku sangat senang dengan hewan menggemaskan itu. Hahaha, kita itu lucu ya. Saling menyayangi tapi sangat berbeda masalah selera.
Ada beberapa hal yang membuat senang saat bersamamu. Kamu selalu mengerti dan seolah tau apa keresahan yang akan aku ceritakan, kamu membuka kuping mu lebar-lebar untuk menerjemahkan semua kegelisahanku.
Aku senang melihatmu tersenyum. Walalu tak begitu manis, tapi kadar yang pas agar tidak eneg saat kangen lagi. Hehe.
Sore itu, aku membersamai 2 hal yang menyenangkan. Senja dan kamu.
Seusai senja, kita beranjak pergi. Aku menawarkan uang untuk dibayarkan pada pemilik warung, tapi kamu menolak. Aku benci perdebatan konyol ini, aku berlari lebih dulu dan menyodorkan uang pada pemilik warung. Kau kalah, tanganmu mengusap kepalaku lembut "dasar cewe aneh". Kita ketawa.
Kenyamanan kita sederhana.
Diperjalanan kita sangat khawatir, waktu sembahyang hampir usai. Kamu ngebut, aku memegang pinggangmu erat agar tak jatuh. Tiba-tiba ngerem mendadak.
"Dasar bodoh, aku kaget"
"Emang sengaja biar deket"
Aku menjitak kepalamu dibalik helm.
--
Seusai dari sembahyang, kita melanjutkan perjalanan pulang. Kali ini ngga ngebut, pelan, sangat pelan. Kepalaku bersandar dipundakmu, banyak kerinduan tersampaikan disana.
Kamu bercerita banyak hal, setiap kali bertemu percakapan kita tak pernah berhenti. Kamu sangat senang bercerita, seperti guru dongeng. Aku menyayangimu.
Sampai tiba kamu mengantarkan aku pulang. Sedih sih, menyudahi pertemuan tapi kita punya tempat masing-masing. Sebelum pulang, kamu meyodorkan muka diwajahku. Berharap aku menciummu.
"Gaboleh, bodoh" tanganku menonjok pipimu. Kita ketawa. Kamu pulang.
Kamu menyebalkan tapi itu sebab kamu semakin kurindukan.
Penulis : Ula
Instagram : @umiulaaa






